Apa itu Big Data? (Timeline)



Perkembangan Big Data

Pada tahun 1996, Google telah memulai proyek big data pertama seiring dengan boombingnya perusahaan dot.com yang membuat dunia tersentak akan manfaatnya. Kemudian di tahun 2006, Apple merilis sebuah proyek yang bernama Apache Software Foundation dan menciptakan Apache Hadoop untuk mengakomodir kebutuhan big data. Dan akhirnya pada tahun 2010 semua pihak merasa terheran dan takjub terhadap manfaat big data ini, seiring dengan berkembang pesatnya ilmu IT seperti hitsnya user IOS dan Android.

Dimulai dari keberhasilan perusahaan web raksasa terkenal seperti Google dan Facebok, Ali Baba dalam mengelola dan memanfaatkan data yang mereka miliki dalam volume yang sangat besar, sebuah konsep yang dikenal dengan istilah big data kemudian menjadi pusat perhatian dalam dunia teknologi informasi.

Data merupakan rekaman suatu kejadian tertentu, data yang memberikan manfaat bagi user disebut dengan informasi dan siapa yang memiliki informasi mereka itulah yang mampu membuat keputusan dengan efektif dan efisien.

Big data adalah sekumpulan data dalam jumlah yang sangat besar dan kompleks dan diolah dengan teknologi pengolahan data konvensional (Wijaya, 2015 : Teknologi big data). Big data memiliki karakteristik yang disebut dengan 3 V : Volume, Variety dan Velocity. Volume berkaitan dengan besarnya data berikut dengan kerumitan yang ada didalamnya, Variety berhubungan dengan keanekaragaman data yang telah diperoleh, dan Velocity artinya data tersebut dengan sangat cepat bertambah dan meluas seiringnya berjalan waktu.

Faktanya semakin banyak organisasi di dunia, baik itu yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta mengalami kesulitan dalam mengelola datanya, data yang semakin kompleks serta data yang semakin berkembang menyebabkan kebutuhan keahlian pengolahan big data sangat diperlukan.

Di Indonesia, pengumpulan data dilakukan oleh lembaga negara yang bernama BPS (Badan Pusat Statistik). BPS melakukan sensus dan survey setiap tahun dengan tujuan tertentu secara berkala agar update data berkelanjutan untuk kepentingan negara dalam mengambil keputusan taktis maupun strategis negara, nah apa saja data yang dikumpulkan oleh BPS?, bisa jadi menghitung jumlah penduduk, pendapatan penduduk, pajak UMKM maupun tujuan yang lain, yang paling utama pasti sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan negara. Misalnya saja di tahun 2020, BPS melakukan survei Kebutuhan Data (SKD), yaitu survei yang diselenggarakan untuk mengidentifikasi kebutuhan data statistik dan tingkat kepuasan konsumen terhadap data dan pelayanan BPS. Dan kita sebagai warga negara wajib memberikan data secara jujur agar sejalan dengan kepentingan negara tersebut (goal congruence).

Pada sisi lain, pemakaian Big data bagi institusi swasta tentu berfokus pada aspek bisnis, seperti analisa keberlangsungan usaha dan tujuan memaksimalkan profit, sehingga keputusan bisnis bisa lebih cepat sesuai dengan momentum yang tepat dan langsung tertuju pada sasaran secara efektif, disamping itu juga akan mengurangi cost yang pemasaran dan R&D.

Pada lembaga keuangan misalnya, bisa digunakan untuk membantu analisa kredit calon debitur, memaksimalkan pemasaran tabungan sesuai pendapatan nasabah, analisa kredit macet berdasarkan daerah dan sebagainya.

Pada institusi rumah sakit, big data dapat digunakan untuk memetakan pasien berdasarkan diagnosa penyakit, analisa wabah dari tempat tinggal pasien, jumlah pengunjung sesuai gender dan lain-lain.

Pada perusahaan manufaktur dapat kita lihat manfaat penggunaan big data, yaitunya dapat menganalisa titik produksi mana yang boros dalam hal sumber daya, analisa kemampuan daya produksi terhadap permintaan pelanggan dan sebagainya.

Pada perusahaan ritel juga dapat dipakai  big data, seperti dalam analisa perilaku calon pelanggan, analisa kebutuhan produk pelanggan, analisa gender, analisa merek dan analisa lainnya yang berkaitan dengan keberlangsungan usaha.

Pada akhirnya ilmu pengetahuan (baca : Big data) akan menghasilkan dua mata pisau yang saling bersisian, satu sisi tajam yang bisa menebas setiap halangan untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan baik maupun buruk, dan sisi tumpul yang hanya bisa dipakai sebagi pajangan (artinya : penghias) pisau tersebut. Dan bagi para pembaca blog ini, semoga tulisan ini dapat menambah wawasan baru yang bermanfaat.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memaksimalkan return dan meminimalkan risiko dalam portofolio

PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di PT BEI)

Virus Corona sudah menghilang?